Judul : Tradisi Baritan di Tanah Kelahiranku
Hari/tanggal : Sabtu, 25 Juni 2022
Assalamualaikum.wr.wb
Kuawali pagi ini bangun jam 02.30 WIB, membuka laptop yang tadi malam ku cuekin demi si bungsu yang sudah ngantuk, jadi setelah buat resume, mengingat tadi malam puncak acara baritan bisa juga diartikan bersih desa, yang dimulai hari Rabu, 22 Juni 2022 yang lalu. Tadi malam puncak acaranya adalah di kator desa Purworejo mengadakan pagelaran wayang kulit. Tapi aku tidak sampai kesana karena acaranya juga malam, dan aku juga adalah kategori orang yang malas untuk mengikuti acara keramaian, dan yang kedua riweh banget jika mengajak ketiga malaikat kecilku di tempat yang ramai. Walhasil ngedep mantep laptop mengikuti pelatihan ketujuh belas bersama bunda Lely dan Cak Inin.
Saat ini aku mencoba memperkenalkan tentang acara baritan yang arti jawa nya adalah mbubarake i peri lan setan (membubarkan peri dan setan). Di lingkungan Jawa baritan sesuai dengan kondisi atau adat istiadat setempat, seingatku waktu aku masih kecil,alm. Bapak sering ikut baritan atau bersih desa, dengan membawa ambeng (makanan beserta lauk di wadah baskom besar), dibawa ke tempat atau dijalan untuk diadakan doa bersama, mengharapakn desa lebih makmur dengan mayoritas petani, panen diharapkan tidak gagal, dan mendapatkan rejeki yang melimpah meruah. Baritan adalah simbol rasa syukur dengan diwujudkan sedekah makanan untuk dimakan bersama dengan tetangga setempat.
Saya menikah tahun 2013, seingatku tradisi makan dan doa bersama di jalan itu masih ada, ternyata sekarang dialihkan di tempat pusatnya asal muasal desa purworejo ada, ya lebih tepatnya didaerahku dsn. Centong, sekarang ada sebuah tradisi di pemakaman Tri Tingal. Konon ceritanya, Tri Tingal adalah orang bisa dikatakan orang pertama atau babat pertama daerah kami sehingga bisa ditempati oleh masyarakat. Setahu ku sering ada orang yang yang berdoa di makam tersebut, dengan dalih yang tidak tahu, pokoknya ada peziarah warga setempat yang kesitu. Bisa dikatakan nyadran (bawa menyan atau dupa dan bunga ziarah).
Inilah kiriman dari adek ku yang mengikuti acara doa bersama dengan warga setempat, beserta pemerintah desa, yang diabadikan menjadi tradisi bagi warga kami, tanpa mengurangi rasa hormat kepada leluhur babat tanah jawa. Sebagai generasi saat ini kita harus berusaha dan menjaga tradisi, meski aku belum pernah ikut langsung acara di pemakaman Tri Tingal, tapi aku yakin, semua punya niatan yang sama, berdoa untuk kebaikan desa khususnya serta untuk Indonesia pada umumnya.
Acara yang diselenggarakan Rabu lalu dapat dilihat divedio berikut👇👇👇
Wah! Memanglah Indonesia ini ya. Banyak banget tradisinya. Bangga
BalasHapusLuar biasa bangsa kita, bhinneka tunggal ika
BalasHapusTerima kasih infonya
BalasHapusRagam budaya bangsa indonesia
BalasHapus